Karangsong -
Sabtu 14 September 2019, pukul 13.00 WIB siswa-siswi SMP Negeri Unggulan sudah
bersiap untuk mengikuti pelatihan pembuatan batik dengan pewarna alami berbahan
dasar mangrove. Kegiatan ini merupakan isi dari rangkaian kegiatan Edu Wisata
Mangrove yang dilaksanakan sejak pagi pukul 08.00 WIB. Siswa-siswi dibagi
menjadi dua kelompok besar untuk mengikuti rangkaian kegiatan seperti; kelompok
pertama berlokasi di pantai karangsong untuk menjelajah hutan mangrove bersama
guru pembimbing dengan difasilitasi oleh pemandu wisata hutan mangrove,
kelompok dua berlokasi di Rumah Berdikari untuk melakukan kegiatan workshop
seperti belajar membuat bolu, puding, urab, dan sirup dengan berbahan dasar
mangrove serta tumbuhan sekitar pantai karangsong yang diolah menjadi beberapa
produk makanan. Ba’da Dzuhur kedua kelompok besar tersebut akan berpindah
lokasi dengan cara bergantian. Kelompok satu berpindah tempat dari hutan
mangrove menuju Rumah berdikari, begitupun sebaliknya yang sudah melakukan
workshop berpindah lokasi melanjutkan perjalanan eksplor hutan mangrove.
Uniknya dalam pembagian kelompok workshop tahun ini berbeda dengan tahun
sebelumnya. Kini bertambah pelatihan membatik, kelompok 4 (Kelompok Batik)
menadapatkan kesempatan untuk belajar membuat batik tulis dengan pewarna alam
mangrove.
Dok. Jian Al Ma’arij
Pak Latif mengajarkan teknik membatik menggunakan canting
Pak Latif,
begitu sapaan akrab ketua Rumah Berdikari ini, menjadi fasilitator pemateri
dalam kegiatan workshop membatik, ia menyampaikan beberapa pengetahuan membatik
secara singkat dan sederhana agar siswa siswi mengenal, mengetahui, mempelajari
dan mempraktekan langsung proses membatik. Pembelajaran seni budaya tak
terbatas waktu, tempat dan media. Jian Al Ma’arij sebagai guru pendamping
kelompok membatik sekaligus guru mata pelajaran seni budaya menanggapi positif
kegiatan Edu Wisata Mangrove kali ini, “Berkarya dan berkesenian melibatkan
alam sekitar itu menyenangkan, anak akan memiliki kepekaan estetika dan jiwa
kreatif karena memperoleh pengalaman langsung, contohnya pembelajaran batik
menggunakan pewarna alami dari mangrove di lokasi hutan mangrove ini.
Pengalaman tersebut akan memberikan impresi bahwa mengolah sumber daya alam
sekitar menjadi karya seni yang memiliki nilai guna, estetika dan ekonomi
tinggi sehingga akan menumbuhkan motivasi siswa sebagai bekal pengetahuan dan
pengalaman yang sangat bermanfaat. Bagi Jian ini merupakan Education Through
Art yaitu seni sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, pendekatan Education
Trough Art (pendidikan melalui seni) berimplikasi bahwa penyelenggaraan
pendidikan seni berkewajiban mengarahkan pendidikan secara umum yang memberikan
keseimbangan rasionaldan emosional, intelektual dan sensibilitas, pendidikan
seni merupakan sarana untuk pengembangan kreatifitas anak”.
Pak Latif
menyampaikan “Tanaman mangrove dimanfaatkan untuk jadi pewarna alam. Bahan
bakunya berasal dari akar mangrove yang sudah kering, dengan hasil warna merah
kecoklatan. Hasil yang diperoleh tidak kalah dengan pewarna lain”. Zat warna
alami mangrove (Rhizopora Mucronata) dilakukan dengan proses ekstrasi
menggunakan pelarut air pada perbandingan massa bahan terhadap pelarut 1:10,
suhu 100° C selama 60 menit. Zat warna tersebut kemudian dipekatkan dengan
proses evaporasi hingga volume tinggal 30%. Selanjutnya ekstrak dimanfaatkan
untuk pewarna batik. Rumah Berdikari memfasilitai siswa-siswi SMP Negeri
Unggulan untuk mengenal, belajar dan mencoba praktek membatik menggunakan
pewarna alami dari mangrove. “Bagaimana agar warna-warna tersebut tidak
luntur?” Tutur Riyan siswa kelas VII B. Pak Latif menerangkan bahwa untuk
mengunci warna batik sama seperti pewarna batik alami lainnya yaitu menggunakan
tawas, cuka dan tunjung.
Dok. Jian Al Ma’arij
Bahan baku pewarna batik alami
Akar Mangrove (Rhizopora mucronata)
Siswa siswi
diberikan pelatihan mengenal alat dan bahan pembuatan batik tulis dan cap,
proses mendesain di atas kain, dan mencanting menggunakan malam panas diatas
kain serta penjelasan proses pembuatan zat warna alam dari mangrove yang
dimulai dari pemilihan tanaman, perebusan, serta proses ekstraksi sampai jadi
hasil larutan zat warna alam yang siap digunakan.
Dok. Jian Al Ma’arij
Antusias siswa dan Guru mengikuti pelatihan membatik
Antusias
siswa dalam belajar sangat tinggi, mereka merasa senang dan tertantang dalam
menorehkan malam panas di atas kain. Guru pendampingpun tak kalah menarik,
mereka mencoba menorehkan malam panas membentuk pola-pola indah menggunakan
canting sehingga menghasilkan motif yang unik dan menarik. Dengan mengikuti
pelatihan membatik diharapkan siswa dan guru termotifasi untuk memanfaatkan
lingkungan dan mencintai budaya daerah.
(By. Jian Maarij, M.Pd).
0 Response to "EKSPLORASI BATIK PEWARNA ALAMI MANGROVE DI HUTAN MANGROVE"
Posting Komentar